Selasa, 15 Februari 2011

Mengingatmu aku menangis lagi


Mengingatmu aku menangis lagi
Sadarkah kau karena aku disini merindukanmu?

Mengingatmu aku menangis lagi
Taukah kau hanya bayanganmu yang selalu hadir dimimpiku?

Mengingatmu aku menangis lagi
Masihkah kau mengingatku? Karena sampai detik ini aku masih mengingatmu

Mengingatmu aku menangis lagi
Apakah kau disana pedulikanku seperti kemarin?

Mengingatmu aku menangis lagi
Karena dengan menangis aku dapat merasakan air mata yang tumpah hanya karena aku sangat merindukanmu

Pagi yang tak terlupa



Secerah mentari pagi
Sinarnya datang
Pagi itu kau selalu datang menghampiriku
Kau datang dengan senyuman di wajahmu

Kala mentari bersinar terang
Menerangi alam ini
Kau selalu menghiasi pagiku dengan senyumanmu
Hingga saat ini pagiku hilang tanpa sosokmu

Cerah cerianya pagi
Embun pagi menyejukkan hati
Akankah pagi itu akan terulang kembali
Ku rasa semua tertinggal dan akan tersimpan dan terkenang selamanya di hati

Selasa, 08 Februari 2011

Ketika cinta harus memilih

Teriknya panas matahari siang itu membuatku untuk enggan pergi meninggalkan ruangan kelas. Sebagian teman-teman kelasku pergi meninggalkan ruangan, ada juga yang masih memilih didalam ruangan untuk mengerjakan tugas yang belum terselesaikan, dan aku melihat ada sebagian yang asyik mengobrol. Aku yang sedari tadi masih duduk di bangku, dari dimulainya mata kuliah jam pertama sampai selesai, aku lebih memilih menyindiri dan menikmati bacaan novelku yang hampir selesai aku baca. 15 menit kemudian, ku dapati satu pesan di handphoneku. Aku membukanya dan pesan itu dari dira kekasihku.
From: dira
Aku tunggu sekarang ya didepan fakultas kamu.

Beberapa detik kemudian aku segera membalasnya sambil tersenyum.
To: dira
Iya tunggu sebntar ya. Aku kesana.
Segera aku merapihkan dan memasukkan kedalam tasku buku-buku yang masih berserakan diatas mejaku, sesaat kemudian aku pergi meninggalkan ruangan kelas dan sebagian teman-temanku yang masih didalam. Aku berjalan menuju lift dari lantai 4 ke lantai 1. beberapa menit kemudian aku keluar dari lift menuju pintu keluar masuk fakultas. Sesampainya didepan pintu aku melihat mobil jazz merah milik dira yang sudah menungguku didepan parkiran, segera aku membuka pintu mobilnya dan akupun tersenyum menatap dira.
“Kita mau kemana dir?” ucapku dengan nada penasaran.
“aku cuma mau buat kamu seneng aja, lagi juga aku belum pernah ngajak kamu jalan.” Balas dira sambil menstarter mesin mobilnya.
Genap setengah tahun aku mengenal dira, tetapi baru satu bulan ini kami menjalin hubungan. Dira adalah pacar pertamaku, maklumlah orang tuaku mengizinkan berpacaran setelah lulus dari SMA. Jadi beruntunglah dira yang menjadi pacar pertamaku. Aku memilihnya bukan berarti aku ingin cepat-cepat untuk mendapatkan pacar, karena aku tau dira pria cerdas yang baik dan sopan. Dira memang pria cuek aku juga bukan seperti wanita yang kebanyakan selalu ingin dimanja dengan kekasihnya, aku tau dimana dan kapan aku harus menempatkan itu pada waktunya. karena aku selalu menempatkan sesuatu selayaknya dan sewajarnya. Aku dan dira memang saling membutuhkan untuk saling melengkapi dan menerima kekurangan dan kelebihan kami masing-masing. Aku dan dira dipertemukan di kampus ini sewaktu masa-masa kami sedang ospek, kami memang satu kampus tetapi berbeda fakultas. Aku juga tak menyangka jika akhirnya aku bisa mengenal dan mencintainya. Dan juga saat ini telah menjadi status untuknya. Sempat tak terfikir olehku dira yang memiliki sifat cuek dengan semua orang, tetapi karena kecuekannya dia peduli denganku. Begitu juga dengan dira yang bukan kebanyakan cowok yang selalu memperlakukan kekasihnya dengan romantis bisa menyempatkan waktunya hanya untuk mengajakku jalan. Tak aneh jika aku merasa sangat bahagia diperlakukan istimewa seperti ini, karena ini adalah hal yang pertama kalinya dira mengajakku jalan selama kami berpacaran.
Beberapa menit kemudian mobil dira berhenti ditempat dimana dira pernah menyatakan cintanya padaku. Ya… di kafe inilah salah satu tempat di daerah Jakarta selatan, kafe ini memang tidak jauh dari kampus kami.
Sesampainya kami didalam, dira yang mencarikan posisi dimana kami akan duduk. Dan akhirnya dira memilih posisi di tempat kami duduk sewaktu kami pernah ke tempat ini.
“ aku ingin mengakhiri hubungan ini ran..” ucap dira tanpa basa-basi.
“kenapa? Kamu gag usah becanda dir, kamu tau kan aku sayang banget sama kamu?” Jawabku tersentak kaget.
“tapi aku gag bisa melanjutkan hubungan ini.. aku gag mau nyakitin kamu lebih dalam.. dan aku bukan orang yang pantas buat kamu.. disana masih banyak yang lebih pantas ngedapetin kamu.” Timpal dira merendah.
“buat apa kamu ngomong begitu, bukannya kemarin kamu bilang kamu sayang aku? Ngapain kamu bilang cinta ke aku kalau akhirnya kamu cuma bisa nyakitin aku.” Ucapku kasar.
“iya aku sadar aku tau, aku merasa aku gag bisa ngebahagiain kamu...” Jawab dira melemah.
“salah aku apa diraaaa? aku bahagia ko’…. Aku terima kamu apa adanya. Aku gag terima gitu aja aku minta penjelesan yang sejelasnya.. oh.. aku tahu kenapa? atau selama ini kamu hanya ingin mempermainkan aku?”
“engga ran… karena aku gag bisa mencintaimu..”dira tertunduk.
“ bohong… aku gag percaya…”mataku menatap dira tajam.
“ serius ran, aku hanya tidak ingin membuatmu jauh lebih dalam sakit” jawab dira semakin merendah seolah tak berani menatapku.
“maksut kamu apa sih dir?” timpalku penasaran.
“ maaf ran intinya aku gag bisa ngelanjutin hubungan ini,aku minta maaf banget sama kamu karena aku yang memulai aku juga yang mengakhiri.”Dira semakin memelas.
“kamu tau kan aku sayang banget sama kamu? Kamu tau kan kalau aku bahagia sama kamu?kamu jahat dir sama aku.. kamu gag pernah mau mikir gimana perasaan aku saat ini!”
Terhenyak aku mendengar semua pengakuan dira, hampir dua jam kami bercakap-cakap. Dan akhirnya kami membisu.Tubuhku mematung rasanya seperti tersambar petir disiang hari . Air mataku saat itu juga tumpah, dan rasanya sangat sulit sekali untuk bernafas. Aku sesak dengan tangisanku. Entah perasaan apa yang ada dihatiku saat ini, aku hanya bisa memlilih untuk menangis sejadi-jadinya. Tetapi dira yang sedari tadi masih ada dihadapanku lebih memilih berdiam tanpa mempedulikan aku seperti ini, dira tak berani menatapku sedikitpun, tak ada ketenangan yang dira beri untukku, ternyata dira sama sekali tak mempedulikan aku saat ini.
“ aku gag bisa melihat wanita menangis, gag usah ditangisi gag ada yang pantas kau tangisi ran.. anggap saja kamu gag pernah kenal aku…” ucap dira sedater-datarnya tanpa merasa bersalah.
Sesaat kemudian dira pergi meninggalkan aku yang masih duduk menikmati tangisanku. Tanpa permisi dan tanpa perasaan bersalah dira berjalan menuju parkiran.
***
Hampir satu bulan aku lebih memilih untuk berdiam dan menjadi cuek dengan siapapun. Aku merasa tidak ada lagi yang selalu mewarnai hari-hariku, mengisi malam-malam kelamku disaat aku merasa sepi dan sendiri. Aku memang sangat membutuhkan seseorang yang bisa mengajariku segalanya tentang arti hidup. Aku rapuh dan saat ini aku terjatuh. Siapa yang akan mampu membuatku dapat berdiri kembali? Hanya sahabat-sahabatku yang dapat dan mampu membuatku untuk berdiri kembali, tapi sayang rusukku telah patah hanya karena semua pengakuan dira kemarin. Rasanya setelah kejadian ini aku semakin membenci pria-pria yang hanya bisa menyakiti tanpa harus memikirkan perasaan wanita. Buat apa bilang mencintai jika akhirnya hanya menyakiti.

***
Pria itu tersenyum menatapku. Matanya yang memancarkan kedamaian dan senyuman yang manis dari bibir mungilnya masih terus menatapku. Aku hanya menatap tanpa membalas senyumannya, aku lebih memlilih menundukkan kepalaku sambil melangkahkan kaki menuju perpustakaan kampus. Aku memang tidak mengenalnya dan aku pikir itu hanya trick pria untuk membuat wanita merasa tersanjung hanya karena dilemparkan senyuman.
***
Hari demi haripun kami memang sering bertemu di lantai ini. Entah apa yang membuat kami sering dipertemukan, sesering kami dipertemukan pria hangat itu selalu melemparkan senyumannya padaku, tetapi berkali-kali aku tak mempedulikannya. Setelah beberapa minggu kemudian, aku merasa tak enak jika harus terus menerus menyuekinya, dan aku yakin pria hangat itu tidak pernah merasa jenuh jika hampir disaat aku bertemu dengannya selalu bersikap cuek.
“kelas A semester satu ya?” ucap pria itu tersenyum.
“iya.. kenapa?” jawabku datar.
“aku juga semester satu tapi kelas B… namanya siapa?” timpalnya dengan ramah.
“rani…” ucapku tersenyum.
“nah gitu dong senyum… Dikelasku juga ada yang namanya rani juga lho…kalau nama panjang kamu rani apa?” pria hangat itu membalas senyumku.
“putri khairani…” timpalku masih datar.
“ohh berarti beda nama panjangnya…hehe, eh iya aku Adi” dengan hangat pria itu kembali tersenyum.
***
Genap dua bulan tak ada kabar tentang dira, entah disaat kejadian putusnya kami aku lebih memlilih untuk menghindar. Rasanya aku tak ingin melihatnya ataupun mengingat kejadian yang membuat aku trauma. Aku memang sangat mencintai dira, mungkin sampai detik ini aku masih belum bisa melupakannya. Dan aku terus berusaha mencari cara agar aku dapat melupakannya. Tetapi genap dua bulan juga Pria hangat itu yang bernama adi menjadi teman disaat kesepian dan berbagiku. Entah berawal dari perkenalan yang tak disengaja itu sampai saat ini aku merasa dekat dan nyaman dengannya. Dan Karena adi juga aku dapat tersenyum kembali dan menjalani hidup.
***
Siang itu setelah mata kuliah kami selesai hari ini, adi berniat mengajakku makan di kantin kampus. Akupun tak menolaknya dan akhirnya kami berjalan menuju kantin. Setelah beberapa menit kemudian kami memesan makanan dan mencari posisi dimana kami akan duduk. Suasana kantin yang ramai dan membuatku untuk malas berlama-lama dikantin. Setelah kami selesai makan dan sedikit bercakap-cakap sebentar. Tiba-tiba datang dira yang menemuiku bersama adi.
“ehm…cieee…jadi selama ini udah dapet pengganti aku yaa ran..” ucap dira meledek.
“siapa? Dia bukan pacar aku… kenapa? kamu cemburu?” balasku cuek.
“iya.. aku cemburu” jawabnya dengan tegas.
“ohh… itu kan hak kamu buat cemburu” ucapku dengan nada jutek
Detik itu juga aku dan adi pergi meninggalkan dira yang masih duduk di meja makan. sepertinya adi lebih memilih membisu tanpa ingin mencampuri urusan aku dengan dira tadi.
***
Kesokannya…
Sesaat aku ingin masuk kelas, aku melihat sosok adi yang tengah asyik berjalan dengan wanita menuju ruang kelas. Aku semakin penasaran siapa wanita itu, tapi sepertinya aku pernah melihatnya dan kuingat-ingat lagi wanita itu adalah teman kelas adi. Wanita itu sangat menikmati kebersamaannya dengan adi, mereka bercanda-canda sepertinya mereka begitu akrab dan sangat dekat.
Ternyata bukan hanya sesekali itu saja mereka bersama tetapi hampir setiap hari kedekatan mereka. Aku merasa ada yang mengganjal dihati aku memang tak suka dengan kedekatan mereka yang begitu dekat itu sepertinya aku cemburu, tetapi aku sadar memang tak pentas cemburu karena adi bukan siapa-siapa untukku. Tapi aku tak bisa elakkan jika aku ternyata mencintai adi.
***
Hari demi haripun sepertinya aku merasa sangat jauh dengan adi. Sesekali kami bertemu hanya bertegur sapa, tetapi lagi-lagi disaat kami bertemu adi selalu bersama wanita itu. Entah apakah mereka sudah menjalin hubungan atau mereka hanya berteman. akupun tak tahu mengapa? Tetapi setelah aku mengenal adi dan karena adi-lah aku belajar untuk dapat tersenyum kembali. Aku merasakan sepertinya aku mencintai adi, tetapi disaat posisi bersalah seperti ini aku merasa tak ada harapan jika adi mencintai aku.
***
Pagi itu, Adi tersenyum menatapku. Matanya yang indah dan senyuman yang memancarkan kehangatan itu sangat terlihat disaat tanpa tersadar aku sangat dalam menatapnya.
“ kenapa ran ko’ bengong…?” ucap adi.
“ hmmm…gag ko’ hehe…” jawabku mengeles.“ ko’ tumben gag barengan sama cewek? Biasanya bareng-bareng terus…”
“ cewek siapa ran? Haha… pasti kamu ngira aku sama dia jadian ya?” adipun tertawa.
“ iya… emang kamu gag jadian?” jawabku polos.
“ya gag lah… aku kan sukanya sama kamu” adi tersenyum menatapku.
“dih.. becanda aja nih…”
“gag becanda ko’… kamu sadar gag waktu pertama kali aku senyumin kamu, negor kamu, tapi kamu sama sekali gag pernah ngeresponnya? Aku suka sama cueknya kamu, juteknya kamu, pokonya kamu beda deh sama cewek lain. Hehe….”
“kamu serius di? Gag lagi becanda kan? Masa iya ada cowok suka sama cewek cuek kaya aku?”
“iya.. serius, kamu mau nerima aku gag?”
“hemmmmmmmm… sebenarnya aku juga….” Aku tersentak kaget.
Tiba-tiba saja handphoneku bergetar dan segera kuraih didalam kantong celanaku. Aku melihat handphoneku ternyata dira yang menelepon. Aku sempat ragu dan tak ingin mengangkat teleponnya, tetapi berkali-kali akhirnya aku mengangkatnya.
“halo…” ucapku.
“aku nyesel ran dulu mutusin kamu, aku ngerasa kehilangan kamu. Aku pikir aku bisa melupakanmu ternyata gag semudah itu. Percuma hampir wanita yang aku jadiin pacar ternyata Cuma kamu yang bisa ngertiin aku.. kamu mau kan balikan lagi sama aku?” suara dira memelas seperti merengek minta belas kasihan.
“kamu telat dir, emang yang namanya penyesalan selalu datang belakangan. Dan maaf aku gag bisa nerima kamu lagi”. Ucapku tegas dan segera mematikan telepon darinya.
Diwaktu yang bersamaan dira menelpon dan mengajak aku untuk kembali dengannya, tetapi disaat itu juga adi menyatakan ternyata dia mencintaiku. Sepertinya aku tahu siapa yang harus aku pilih. Dan ketika cinta harus memilih itulah Adi yang aku pilih dan aku cintai saat ini.